Palapatvnews | Namaku Ina (Nama Samaran), usiaku saat ini 35 tahun. Saat ini aku sudah mempunyai empat orang anak dari hasil pernikahanku. Dalam perjalanan cintaku penuh dengan liku-liku dan jalan yang terjal.
Pernikahanku yang pertama aku dijodohkan oleh kedua orang tuaku dengan seorang duda. Dengan terpaksa aku harus menuruti keinginan orang tuaku. Saat itu hatiku hancur, ingin rasanya aku bunuh diri mengakhiri hidup ini. Tapi aku sadar mungkin ini takdir Allah yang harus aku terima dan jalani sebagai ketentuan Sang pencipta. Akhirnya pernikahan itu terjadi, aku harus bersanding dengan seorang lelaki yang tidak aku kenal dan aku cintai.
Suamiku tipe lelaki yang posesif. Aku tidak boleh kemana-mana, sekalinya keluar rumah harus bersama dia. Hidupku terkekang, aku tidak bebas bagai burung dalam sangkar. Seiring perjalanan waktu, akhirnya aku mulai membuka hati dan mulai mencintainya. Pil pahit terjadi dalam pernikahanku yang pertama, suamiku mengalami kecelakaan saat bekerja dan meninggalkanku untuk selamanya (meninggal) setelah kami mengarungi bahtera rumah tangga selama 9 tahun. Suamiku meninggalkan aku dan tiga anak hasil dari pernikahanku.
Saat itu hatiku hancur, dunia bagai kiamat. Aku dibebankan dengan tiga anakku yang masih kecil-kecil. Di saat hatiku hancur setelah ditinggalkan suami, aku diam-diam mulai membuka hati untuk pria lain. Aku tidak sanggup kalau harus hidup sendiri dan membesarkan anak-anakku sendiri. Beban ini terlalu berat bagiku.
Di dalam pencarian mencari sosok figur seorang bapak untuk anak-anakku, akhirnya aku menemukan seorang pria yang siap untuk menerimaku dengan tiga anakku, namun sayangnya dia telah mempunyai istri. Tapi karena perlakuan dan sikap dia yang membuatku nyaman, akhirnya aku bersedia menjadi istri keduanya. Aku rela untuk dimadu, dengan segala resikonya akhirnya aku menikah dengan lelaki yang sudah beristri itu.
Dari pernikahanku yang kedua aku dikaruniai satu orang anak lelaki hasil pernikahan kami. Namun lagi-lagi aku harus menerima pil pahit dalam rumah tanggaku. Poligami itu akhirnya ketahuan oleh istri pertamanya dan suamiku lebih memilih istri pertamanya dibanding aku dan anakku. Pernikahan itu berakhir dengan sayatan luka yang semakin dalam.
Waktu itu ingin rasanya aku mengakhiri hidup ini, tapi aku sadar nanti anak-anakku hidup bersama siapa. Bisikku dalam hati, dalam sujudku aku selalu mengadu kepada sang pemilik kehidupan, “Tuhan, kenapa aku selalu diberikan cobaan dan kepahitan dalam hal percintaan? Kenapa aku diberi cobaan seberat ini harus hidup dengan empat anak yang masih kecil-kecil? Tuhan, tolong aku, dan berikan aku lelaki yang baik hati dan mau menerima anak-anakku agar beban hidup kami bisa teratasi.”
Untuk ketiga kalinya aku menikah dengan seorang lelaki duda yang mau menerima aku dan empat anakku. Pernikahan itu awalnya baik-baik saja, tapi setelah berjalannya waktu, suamiku mulai menunjukkan sifat aslinya. Dia sering melontarkan kata-kata kasar jika kami berselisih paham. Suatu hari, hal yang tidak diinginkan terjadi padaku, di mana aku mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Aku diperlakukan bagai seorang maling uang tertangkap oleh warga. Aku dituduh melakukan perselingkuhan dengan lelaki lain. Akhirnya, aku sudah tidak sanggup lagi hidup bersama lelaki yang berlaku kasar bagai hewan. Akhirnya aku meminta cerai kepada suamiku yang ketiga. Aku sudah tidak sanggup menerima perlakuan kasar dari suamiku. Akhirnya suamiku memberikan talak. Akhirnya aku harus menelan pil pahit yang lebih parah lagi, di mana pernikahanku yang ketiga harus berakhir dengan air mata darah.
BERSAMBUNG!!
Penulis: Navin Niskal
Gambar: Istimewa
Eksplorasi konten lain dari Palapatvnews
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.