Puncak | Awan gelap menyelimuti para pemilik Kerjasama Operasional (KSO) di kawasan PTPN Gunung Mas. Sebanyak 33 pemegang KSO kini berada di persimpangan nasib setelah Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) mengirimkan surat ultimatum keras. Dalam surat itu, KLH tak hanya memerintahkan pembongkaran mandiri bangunan yang dinilai melanggar, tapi juga meminta Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor mencabut seluruh perizinan yang dimiliki enam KSO yang menjadi target utama.
“Pemkab Bogor harus mencabut izin mereka. Pemilik bangunannya wajib membongkar secara mandiri. Jika tidak, kami yang akan membantu membongkarnya,” tegas Menteri LH, Hanif Faisol, dengan nada yang tak menyisakan ruang tawar-menawar.
Di lapangan, ultimatum ini memicu gelombang kegelisahan. Sejumlah pengamat menilai, para pemegang KSO bukanlah pelanggar murni. Mereka mendapatkan hak operasional resmi dari PTPN dengan membayar retribusi sesuai aturan. Berbekal legalitas itu, mereka berani mengucurkan investasi besar untuk membangun fasilitas pariwisata yang kini justru dipersoalkan KLH.
“Pemegang KSO dari PTPN tidak sepenuhnya bersalah. Mereka sudah mengantongi izin dari pemegang HGU dan bahkan enam di antaranya memiliki perizinan lengkap dari Pemkab Bogor. PTPN punya kewajiban moral dan hukum untuk membela mereka. Perizinan itu keluar bukan sembarangan, melainkan hasil pertimbangan yang sesuai perda,” ujar Ardiansyah, kuasa hukum yang mendampingi sejumlah pemilik KSO, dengan nada tegas.
Namun, badai belum reda. Di saat KLH bergerak agresif, UPT Tata Bangunan Ciawi juga menurunkan tim untuk melakukan pemeriksaan ke titik-titik yang dipersoalkan. Kepala UPT, Agung Tarmedi, menegaskan pihaknya tak akan gegabah.
“Petugas kami terus bergerak memeriksa lokasi-lokasi yang dipermasalahkan KLH. Kalau KSO itu sudah berizin, kami tidak asal bertindak. Tetapi kalau izinnya sudah dicabut, baru kami bisa lakukan tindakan tegas,” tegas Agung.
Kini, bola panas berada di tangan PTPN Gunung Mas. Di tengah tekanan dari KLH dan sorotan publik, para pemegang KSO menunggu kepastian: apakah PTPN akan berdiri di garis depan membela mereka, atau membiarkan mereka menghadapi badai sendirian.
Situasi di Puncak kian tegang—seperti menunggu hujan deras di langit yang sudah kelabu.
Penulis : Joe Salim
Eksplorasi konten lain dari Palapatvnews
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.